Senin, 08 Februari 2010

penyelidikan bahasa

LINGUISTIK
FONOLOGI
FONETIK
Tulisan Fonetik
Klasifikasi
Bunyi
Proses Fonasi
Alat Ucap
FONEMIK
Identifikasi
Fonem
Perubahan Fonem
Khasanah Fonem
Klasifikasi Fonem
Alofon
Fonem dan Grafem
TOPIK LAIN
PARA TOKOH FONOLOGI
REFERENSI
FONOLOGI
Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi terbentuk dari kata fon = bunyi dan logi = ilmu.
Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi:
1. Fonetik yaitu cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
2. Fonemik yaitu cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tesebut sebagai pembeda.
MAP: FONOLOGI | FONETIK | FONEMIK | TOPIK LAIN | PARA TOKOH FONOLOGI | REFERENSI
1. FONETIK
adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan
apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Menurut terjadinya bunyi bahasa itu, fonetik dibedakan menjadi :
1. Fonetik Artikularis / Fonetik Organis / Fonetik Fisiologis
Mempelajari bagaimana alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan
bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan.
2. Fonetik Akustik
Mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau feomena alam.
3. Fonetik Auditoris
Mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita.
MAP: FONOLOGI | FONETIK | FONEMIK | TOPIK LAIN | PARA TOKOH FONOLOGI | REFERENSI
1.1 Alat Ucap
Nama-nama alat ucap yang terlibat dalam produksi bunyi bahasa. Berikut adalah contoh video alat ucap1. Paru-paru (lung)
2. Batang tenggorok (trachea)
3. Pangkal tenggorok (larynx)
4. Pita suara (vocal cord)
5. Krikoid (cricoid)
6. Tiroid (thyroid) atau lekum
7. Aritenoid (arythenoid)
8. Dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx)
9. Epiglotis (epiglottis)
10. Akar lidah (root of the tongue)
11. Pangkal lidah (back of the tongue, dorsum)
12. Tengah lidah (middle of the tongue, medium)
13. Daun lidah (blade of the tongue, laminum)
14. Ujung lidah (tip of the tongue, apex)
15. Anak tekak (uvula)
16. Langit-langit linak (soft palate, velum)
17. Langit-langit keras (hard palate, palatum)
18. Gusi, lengkung kaki gigi (alveolum)
19. Gigi atas (upper teeth, dentum)
20. Gigi bawah (lower teeth, dentum)
21. Bibir atas (upper lip, labium)
22. Bibir bawah (lower lip, labium)
23. Mulut (mouth)
24. Rongga mulut (oral cavity)
25. Rongga hidung (nasal cavity)
MAP: FONOLOGI | FONETIK | FONEMIK | TOPIK LAIN | PARA TOKOH FONOLOGI | REFERENSI
1.2 Proses Fonasi
Terjadinya bunyi bahasa dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paruparu melalui pangkal tenggorok ke pangkal tenggorok, yang di dalamnya terdapat pita suara yang harus berada dalam posisi terbuka,melalui rongga mulut atau rongga hidung,
udara diteruskan ke udara bebas.
MAP: FONOLOGI | FONETIK | FONEMIK | TOPIK LAIN | PARA TOKOH FONOLOGI | REFERENSI
1.3 Tulisan Fonetik
Tulisan fonetik dibuat berdasarkan huruf-huruf dari aksara Latin, yang ditambah dengan sejumlah tanda diakritik dan sejumlah modifikasi terhadap huruf Latin itu.
MAP: FONOLOGI | FONETIK | FONEMIK | TOPIK LAIN | PARA TOKOH FONOLOGI | REFERENSI
4.1.4 Klasifikasi Bunyi
Bunyi bahasa dibedakan atas vocal dan konsonan. Beda terjadinya bunyi vocal dan konsonan adalah arus udara dalm pembentukan bunyi vocal, setelah melewati pita suara, tidak mendapat hambatan apa-apa, sedangkan pembentukan bunyi konsonan, arus udara
itu masih mendapat hambatan atau gangguan. Contoh: Video Fonologi Portugis
4.1.4.1 Klasifikasi Vokal
Berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut, vocal-vokal itu diberi nama :
[i] adalah vokal depan tinggi tak bundar
[e] adalah vokal depan tengah tak bundar
[∂] adalah vokal pusat tengah tak bundar
[o] adalah vokal belakang tengah bundar
[a] adalah vokal pusat rendah tak bundar
4.1.4.2 Diftong Atau Vokal Rangkap
Karena posisi lidah ketika memproduksi bunyi ini pada bagian awalnya dan bagian akhirnya tidak sama. Berdasarkan letak atau posisi unsur-unsurnya. Diftong dibedakan menjadi :
1. Diftong naik, karena bunyi pertama posisinya lebih rendah dari posisi bunyi
yang kedua.
2. Diftong turun, karena posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi bunyi
kedua.
4.1.4.3 Klasifikasi Konsonan
Dibrdakan berdasarkan 3 patokan / criteria :
1. Berdasarkan posisi pita suara :
a. Bunyi bersuara, apabila pita suara hanya terbuka sedikit, sehingga
terjadi getaran pada pita suara.
b. Bunyi tidak bersuara, apabila pita suara terbuka agak lebar, sehingga
tidak ada getyaran pada pita suara.
2. Berdasarkan tempat artikulasinya :
a. Bilabial, konsonan yang terjadi pada kedua belah bibir, bibir bawah
merapat pada bibir atas.bunyi [b], [p], dan [m].
b. Labiodental, konsonan yang terjadi pada gigi bawah dan bibir atas,
gigi bawah merapat pada bibir atas, bunyi [f] dan [v].
c. Laminoalveolar, konsonan yang terjadi pada daun lidah dan gusi, daun
lidah menempel pada gusi, bunyi [t] dan [d].
d. Dorsovelar, konsonan yang terjadi pada pangkal lidah dan vlum langitlangit
lunak, bunyi [k] dan [g].
3. Berdasarkan cara artikulasinya :
a. Hambat (letupan, plosive, stop), bunyi [p], [b], [t], [d], dan [g].
b. Geseran atau frikatif, bunyi [f], [s], dan [z].
c. Paduan atau frikatif, bunyi [c] dan [j].
d. Sengauan atau nasal, bunyi [m], [n], dan [η].
e. Getaran atau trill, bunyi [r].
f. Sampingan atau lateral, bunyi [l].
g. Hampiran atau aproksiman, bunyi [w] dan [y].
Unsur Suprasegmental
Dalam suatu runtutan bunyi yang sambung-bersambung terus-menerus diselangseling
dengan jeda singkat atau agak singklat, disertai dengan keras lembut bunyi, tinggi
rendah bunyi, panjang pendek bunyi, ada bunyi yang dapat disegmentasikan yang disebut
bunyi segmental.
4.1.5.1 Tekanan atau Stres
Menyangkut masalah keras lunaknya bunyi.
4.1.5.2 Nada atau Pitch
Berkenaan dengan tinggi rendahnya bunyi.
4.1.5.3 Jeda atau Persendian
Berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar.
1. Jeda antar kata, diberi tanda ( / )
2. Jeda antar frase, diberi tanda ( // )
3. Jeda antar kalimat, diberi tanda ( # )
4.1.6 Silabel
Silabel atau suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau runtutan bunyi ujaran. Satu silabel meliputi satu vokal, atau satu vokal dan satu konsonan atau lebih.
MAP: FONOLOGI | FONETIK | FONEMIK | TOPIK LAIN | PARA TOKOH FONOLOGI | REFERENSI
2. FONEMIK
adalah bunyi bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Objek penelitian fonemik adalah fonem.
MAP: FONOLOGI | FONETIK | FONEMIK | TOPIK LAIN | PARA TOKOH FONOLOGI | REFERENSI
2.1 Identifikasi Fonem
Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari
sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata, yang mengandung bunyi tersebut, lalu
membandingkannya dengan satuan bahasa lain yang mirip dengan bahasa pertama, kalau
kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, berarti bunyi tersebut adalah fonem.
MAP: FONOLOGI | FONETIK | FONEMIK | TOPIK LAIN | PARA TOKOH FONOLOGI | REFERENSI
4.2.2 Alofon
adalah dua buah bunyi dari sebuah fonem yang sama. Alofon-alofon dari sebuah
fonem memiliki kemiripan fonetis, banyak mempunyai kesamaan dalam pengucapannya.
Distribusi alofon bisa bersifat komplementer dan bebas.
Distribusi komplementer / distribusi saling melengkapi adalah distribusi yang
tempatnya tidak bisa dipertukarkan dan bersifat tetap pada lingkungan tertentu.
Distribusi bebas adalah bahwa alofon-alofon itu boleh digunakan tanpa persyaratan
lingkungan bunyi tertentu.
Alofon adalah realisasi dari fonem, maka dapat dikatakan bahwa fonem bersifat
abstrak karena fonem hanyalah abstraksi dari alofon itu dan yang konkret atau nyata ada
dalam bahasa adalah alofon itu, sebab alofon itulah yang diucapkan.
MAP: FONOLOGI | FONETIK | FONEMIK | TOPIK LAIN | PARA TOKOH FONOLOGI | REFERENSI
2.3 Klasifikasi Fonem
Kriteria klasifikasi terhadap fonem sama dengan criteria yang dipakai untuk
klasifikasi bunyi (fon) dan panamaan fonem juga sama dengan penamaan bunyi.
MAP: FONOLOGI | FONETIK | FONEMIK | TOPIK LAIN | PARA TOKOH FONOLOGI | REFERENSI
2.4 Khazanah Fonem
adalah banyaknya fonem yang terdapat dalam satu bahasa. Jumlah fonem yang
dimiliki suatu bahasa tidak sama jumlahnya dengan yang dimiliki bahasa lain.jumlah
fonem bahasa Indonesia ada 24 buah, terdiri dari 6 buah fonem vokal (a, i. u, e, ∂, dan o)
dan 18 fonem konsonan (p, t, c, k, b, d, j, g, m, n, n, η, s, h, r, l, w, dan z).
MAP: FONOLOGI | FONETIK | FONEMIK | TOPIK LAIN | PARA TOKOH FONOLOGI | REFERENSI
2.5 Perubahan Fonem
Sebuah fonem dapat berbeda-beda tergantung pada lingkungannya atau pada
fonem-fonem lain yang berada disekitarnya. Perubahan yang terjadi pada fonem bersifat
fonetis, tidak mengubah fonem itu menjadi fonem lain.
Beberapa kasus perubahan finem antara lain :
4.2.5.1 Asimilasi dan Disimilasi
Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain
sebagai akibat dari bunyi yang ada di lingkungannya, sehingga bunyi itu sama
atau mempunyai cirri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya.
Dalam proses disimilasi, perubahan itu menyebabkan dua buah fonem yang sama
menjadi berbeda atau berlainan.
4.2.5.3 Umlaut, Ablaut, dan Harmoni Vokal
Umlaut = perubahan vokal sedemikian rupa sehingga vokal iti diubah menjadi
vokal yang lebih tinggi sebagai akibat dari vokal berikutnya yang tinggi.
Ablaut = perubahan vokal yang kita temikan dalam bahasa-bahasa Indo Jerman
untuk menandai pelbagai fungsi gramatikal.
Harmoni vokal atau keselarasan vokal terdapat dalam bahasa Turki yang
berlangsung dari kiri ke kanan atau dari silabel yang mendahului ke arah silabel
yang menyusul
4.2.5.4 Kontraksi
adalah hilangnya sebuah fonem atau lebih yang menjadi satu segmen dengan
pelafalannya sendiri-sendiri.
4.2.5.5 Metatesis dan Epentesis
Proses metatesis mengubah urutan fonem yang terdapat dalam suatu kata.
Proses epentesis sebuah fonem tertentu, biasanya yang homorgan dengan
lingkungannya, disisipkan ke dalam sebuah kata.
MAP: FONOLOGI | FONETIK | FONEMIK | TOPIK LAIN | PARA TOKOH FONOLOGI | REFERENSI
2.6 Fonem dan Grafem
1. Grafem e dipakai untuk melambangkan dua buah foe\nem yang berbeda,
yaitu fonem /e/ dan fonem /∂/.
2. Grafem p selain dipakai untuk melambangkan fonem /p/, juga dipakai untuk
melambangkan fonem /b/ untuk alofon /p/.
3. Grafem v digunakan juga untuk melambangkan fonem /f/ pada beberapa kata
tertentu.
4. Grafem t selain digunakan untuk melambangkan fonem /t/ digunakan juga
untuk melambangkan fonem /d/ untuk alofon /t/.
5. Grafem k selain digunakan untuk melambangkan fonem /k/ digunakan juga
untuk melambangkan fonem /g/ untuk alofon /k/ yang biasanya berada pada
posisi akhir.
6. Grafem n selain digunakan untuk melambangkan fonem /n/ digunakan juga
untuk melambangkan posisi /n/ pada posisi di muka konsonan /j/ dan /c/.
7. Gabungan grafem maih digunakan : ng untuk fonem /η/; ny untuk fonem /n/;
kh untuk fonem /x/; dan sy untuk fonem /∫/.
8. Bunyi glottal stop diperhitungkan senagai alofon dari fonem /k/; jadi,
dilambangjan dengan grafem k.
MAP: FONOLOGI | FONETIK | FONEMIK | TOPIK LAIN | PARA TOKOH FONOLOGI | REFERENSI
3. TOPIK LAIN
Phonology also includes topics such as assimilation, elision, epenthesis, vowel harmony, tone, non-phonemic prosody and phonotactics. Prosody includes topics such as stress and intonation.
4. TOKOH FONOLOGI
5. Jan Baudouin de Courtenay
6. Leonard Bloomfield
7. Franz Boas
8. Noam Chomsky
9. George N. Clements
10. Patricia Donegan
11. John Rupert Firth
12. John Goldsmith
13. Morris Halle
14. Joan B. Hooper
15. Roman Jakobson
16. Daniel Jones
17. Jonathan Kaye (Linguist)
18. Michael Kenstowicz
19. Paul Kiparsky
20. Mikołaj Kruszewski
21. Jerzy Kuryłowicz
22. André Martinet
23. John McCarthy
24. David Odden
25. Kenneth Pike
26. Alan Prince
27. Jerzy Rubach
28. Edward Sapir
29. Ferdinand de Saussure
30. Paul Smolensky
31. David Stampe
32. Henry Sweet
33. Nikolai Trubetzkoy
34. Wyn Johnson
Anekdot
{ Januari 29, 2009 @ 12:51 pm } • { Blogroll }
{ } • { Komentar (3) }
Anekdot
Persahabatan
Suatu ketika terdapat dua orang sahabat sedang duduk-duduk dibawah pohon. Keduanya saling bersalam-salaman sebelum menenggak segelas wiski.
“Sobat,” kata Norman, SE “Jika nanti aku mati, sudikah kau guyurkan sebotol wiski di atas makamku?”
”Tentu sobat!” jawab Narto, S.Sn ”Akan kuguyurkan sebotol wiski, tapi sebelumnya biarlah wiski itu berada dalam ginjalku terlebih dahulu.”
Asal-muasal Kelahiran
”Ibu,” tanya Andi saat berada di danau Toba bersama ibunya. ”Bagaimana aku bisa lahir di dunia?”
“Kau di bawa seekor bangau.” Jawab ibunya.
“Kalau ibu?”
“Ibu dulu juga dibawa seekor bangau.”
“Kalau nenek?”
“Juga dibawa bangau.”
“Berarti, tiga generasi keturunan kita tidak terlahir normal ya Bu?”
Gunanya Ayah
”Ibu,” tanya Andi lagi kepada ibunya yang berasal dari Suku Sunda. ”Apakah polisi menjaga kita?”
”Benar.” jawab ibu.
”Pemadam kebakaran bisa kita telpon kapan saja?”
”Betul.”
”Tukang ledeng bisa kita panggil setiap saat?”
”Ya.”
”Lalu, apa gunanya ayah?”
Tolong Tutup lagi
Bagus sedang memancing sambil membaca Kompas. Tiba-tiba ada botol mengarah padanya. Dibukanyalah botol itu. Fush! Segumpal uap membentuk sketsa jin.
”Terima kasih Tuan.” kata Jin. ”Akan kukabulkan tiga permintaan sebagai tanda terima kasih telah membebaskan saya.”
”Hmm, pertama aku ingin nilai rupiah distandardkan dengan dolar. Kedua, Hapuskan korupsi. Ketiga, beri aku lapangan pekerjaan.”
”Hmm.” jin tampak berfikir. Lalu perlahan masuk kembali dalam botol dan sebelum kepalanya masuk ke ujung botol, berkatalah: ”Tolong tutup botolnya mas, terima kasih.”
Orang tua yang Cerdas
Andi sedang memberi tahu hasil ulangannya kepada ayahnya. Ayahnya sedang memperhatikan kertas hasil ulangan fisika, matematika dan Bahasa Indonesia.
”Kenapa nilaimu jelek semua?” tanya ayahnya. ”Ayah dengar nilai Budi bagus-bagus. Kenapa kamu bisa begini?”
”Ya beda yah.” jawab Andi mempertanggung jawabkan. “Budi kan punya orang tua yang cerdas.”
Ayam Jago
Si Andi lagi, si Andi lagi. Kali ini dirinya memberi tebakan kepada temannya yang sangat pandai sekali di kelasnya.
“Tahu nggak, kenapa ayam jago kalau berkokok memejamkan mata?” tanya Andi.
“Secara alamiah, ayam jago tersebut dapat mengeluarkan bunyi suara yang lebih keras dengan menutup matanya.”
“Ah salah.”
“Lalu?”
“Karena ayam jagonya hafal teksnya. Kan mudah, Cuma kukuruyuuuuuuk!”
Andi Naik Pesawat
Andi sedang naik pesawat sendirian. Di dalam pesawat Andi ditemani 4 orang. Eh, tak disangka, pesawat oleng ke kiri dan kenanan hendak jatuh. Andi jadi teringat slogan pesawat Anam Air: Cepat, Murah, dan Mudah Jatuh.
Ternyata eh ternyata parasutnya hanya ada 5. Sedangkan si Pilot sudah terjun duluan. Seorang bernama Kurniawan Dwi Julianto segera mengambil satu parasut: “Saya tidak boleh mati. Sebab, saya pemain nasional negara kita. Negara ini masih butuh saya.”
Parasut kedua segera diambil Megawati sambil berkata: “Saya tidak boleh mati, saya akan jadi presiden 2009 nanti!” Megawati pun terjun bebas.
Selanjutnya, Gus Dur pun tak mau kalah. Segera diambil satu ransel parasut setelah berhasil meraba-raba. ”Apa jadinya negara ini tanpa guru bangsa seperti saya. Lagi pula kalau saya mati, Riau, Jawa, Madura, Irian Jaya akan memisahkan diri dari NKRI! Singkat ceritanya, saya tidak boleh mati.” Gus Dur pun melakukan terjun.
”Gitu aja kok repot!” Imbuh Gus Dur.
Tinggallah Aa. Gym dan Andi. Keduanya saling pandang-memandang. Lantas, berkatalah Aa. Gym kepada Andi.
”Sudahlah,” kata Aa. Gym pasrah. ”Kamu pakai saja parasut terakhir itu. Saya sudah cukup lama hidup. Tak lama juga saya akan segera mati. Lagi pula saya rasa, sudah cukuplah saya berdakwah kepada umat untuk menuju jalan kebenaran. Jalan menuju Allah dengan cara mengikuti jejak Rasulullah. Saya ikhlas nak. ”
”Tapi Pak,” kata Andi.
”Sudahlah,” potong Aa. Gym. ”Aa’ hanya ingin berpesan kepadamu bahwa negara ini berada ditanganmu. Para pemuda adalah tulang punggung negara. Hidup hanyalah sementara nak. Apalah artinya kita mengejar banyak harta kalau toh nanti yang kita bawa hanya selembar kain kafan?”
”Bapak jangan berkata begitu. Ini masih ada dua?”
”Lho kok?”
”Tadi itu, saat Gus Dur meraba-raba yang didapatnya adalah tas ransel sekolah saya. Saya diemin aja Pak.”
”Subhanallah.”
LUBISGRAFURA.CO.CC TO PALESTINA AND ISRAEL
{ Januari 26, 2009 @ 4:54 am } • { Blogroll }
{ } • { Komentar (3) }
To All people in this earth, our blood is same, we breath same air, and drink same water, why we still keep fight each other?
Untuk tubuh yang tertumbuk dinding, dan organ yang hilang karena mesiu, tak perlu mencari siapa yang salah dan benar, letakkan senjata, mari kita menikmati satu musik dari Michael Heart berikut ini…
A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive
They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze
We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight
Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right
But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze
Populasi dan Sampel Penelitian
{ Januari 20, 2009 @ 4:35 am } • { Blogroll }
{ } • { Komentar (10) }
Populasi dan Sampel Penelitian
Dalam penelitian kuantitatif, populasi dan sampel penelitian sangat diperlukan. Populasi adalah wilayah generasli yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh penbeliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil, dan begitu juga sebaliknya.
Dalam menetapkan besar kecilnya sampel, tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil. Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan homogenitas dan heterogenitas populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah sampel hampir-hampir tidak menjadi persoalan, sebaliknya jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan pengambilan sampel harus memperhatikan dua hal, yaitu (1) harus diseleidiki kategori-kategori heterogenitas dan (2) besarnya populasi.
Langkah-langkah dalam penarikan sampel adalah penetapan ciri-ciri populasi yang menjadi sasaran dan akan diwakili oleh sampel di dalam penyelidikan. Penarikan sampel dari penelitian tidak lain memiliki tujuan untuk memperoleh informasi mengenai populasi tersebut. Oleh karena itu, penarikan sampel sangat diperlukan dalm penelitian.
Terdapat beberapa jenis desain sampling dalam penelitian. Jenis pertama desain sampling adalah probality sampling. Jenis sampling ini ada beberapa, yaitu (1) acak sederhana (sampling random sampling), yaitu acak jenis ini adalah acak yang paling dikenal oleh banyak orang dalam pencarian sampel, (2)rancangan acak berstrata (stratified random sampling) yaitu apabila populasi terdiri dari sejumlah sub-kelompok atau lapisan yang mungjin memiliki ciri yang berbeda acapkali diperlukan suatu bentuk penarikan sampel yang disebut penarikan berlapis, (3) rancangan klaster (claster sampling), yaitu mendaftar semua anggota populasi sasaran dan kemudian memilih sampel diantaranya, dan (4) rancangan sistematis (systematic sampling), yaitu penarikan sampel dengan cara mengambil setiap kasus yang kesekian dari daftar populasi.
Penelitian Eksperimen Sebuah Studi
{ Januari 20, 2009 @ 4:25 am } • { Blogroll }
{ } • { Komentar (1) }
Penelitian Eksperimen Sebuah Studi
Terdapat beberapa hal yang dapat diinternalisasikan sebagai khasanah keilmuan ketika kelompok penyaji membawakan makalah berjudul Penelitian Eksperimen Sebuah Studi. Dalam makalah tersebut disajikan pengertian penelitian eksperimen, tujuan penelitian eksperimen, karakteristik penelitian eksperimen, ragam penelitian eksperimen, dan macam-macam penelitian eksperimen.
Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suati perlakuan tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan perlakuan yang berbeda. Di dalam penelitian eksperimen setidaknya dibutuhkan dua kelompok, yaitu kelompok pembanding (control grup) dan kelompok yang dibandingkan (eksperimental group). Oleh karena itu, penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subyek selidik.
Penelitian eksperimen memiliki beberapa ciri. Ciri tersebut adalah setiap bariabelnya diatur secara tertiba dan ketat, adanya kelompok kontrolsebagai data dasar, memusatkan pada pengontrolan variasi, validitas internal mutlak diperlukan, dan semua variable konstan perlu diusahakan.
Ragam penelitian eksperimen terbagi menjadi dua, yaitu rancangan eksperimen dan rancangan quassi-eksperimental. Ragan yang pertama ditandai dengan kondisi yang ada disekitar atau yang diperkirakan mempengaruhi subjek yang digunakan untuk eksperimen, terdapat kelompok yang diberi perlakuan yang difungsikan sebagai pembanding bagi kelompok yang diberi perlakuan, kondisi dua kelompok diusahakan sama, dan kedua kelompok tidak terjadi hawthorne effect (hasilnya tidak murni karena kedua kelompok mengetahui statusnya) dan henry effect.(usaha ekstra dari kelompok karena mereka mengetahui akan diuji).
Terdapat beberapa langkah dalam menyusun penelitian eksperimen. Langkah-langkah tersebut adalah mengidentifikasi masalah, melakukan studi literature, membuat rencana, melakukan eksperimen, mengumpulkan data kasar, mengorganisasi dan mendeskripsi data, membuat analisis data, dan membuat laporan penelitian eksperimen.
Masalah Penelitian
{ Januari 20, 2009 @ 4:16 am } • { Blogroll }
{ } • { Komentar (1) }
Masalah Penelitian
Penelitian yang sistematis diawali dengan suatu persoalan. Persoalan ini selanjutnya akan dirumuskan menjadi rumusan masalah. Pemilihan dan rumusan masalah adalah salah satu aspek yang paling penting dalam pelaksanaan penelitian di bidang apa saja. Penelitian tidak dapat dilakukan sebelum suatu masalah diidentifikasi, dipikirkan secara tuntas, dan dirumuskan dengan baik.
Seorang peneliti, mula-mula, harus menentukan pokok persoalan peneyelidikan yang bersifat umum. Pengetahuan, pengalaman, dan lingkungan peneliti sendiri biasanya menentukan pilihan itu. Setelah dipilih, objek pokok persoalan yang bersifat umum itu kemudian dipersempit menjadi persoalan yang lebih khusus. Keeterampilan melakukan penelitian sebagaian besar merupakan masalah melakukan pemilihan yang baik tentang apa saja yang harus diselidiki.
Terdapat berbagai macam persoalan untuk diteliti di lapangan. Setelah menemukan penelitian, langkah yang harus dilakukan selanjutnya adalah memilih permasalahan dari sekian masalah yang ditemui. Tiga sumber penelitian yang penting adalah pengalaana, deduksi dan teori, dan literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan yang hendak diteliti.
Teori dan prosedur yang dapat ditemukan dalam bidang lain mungkin dapat disesuaikan untuk dapat diterapkan dalam bidang pendidikan. Hal ini memungkinkan terjadi, yaitu ketika terdapat gerakan-gerakan di luar profesi pendidikan yang dapat membawa ke arah penelitian yang baru. Misalnya, gerakan wanita yang menamakan diri mereka adalah feminisme. Lebih khusus lagi, penelitian dalam bidang ini dapat berupa sex stereotyping dalam materi pendidikan.
Sesudah masalah dipilih dan ditetapkan, selanjutnya dari tugas peneliti adalah merumuskan atau mengemukakan persoalan tersebut dalam bentuk yang dapat diteliti. Persoalan yang baik, setidaknya harus: (1) menerangkan dengan jelas apa yang akan diterangkan atau dipecahkan dan (2) membatasi ruang lingkup studi itu pada persoalan yang lebih khusus.
Kajian Teori, Asumsi, dan Hipotesis dalam Penelitian Kuantitatif
{ Januari 20, 2009 @ 4:04 am } • { Blogroll }
{ } • { Komentar (4) }
Kajian Teori, Asumsi, dan Hipotesis
dalam Penelitian Kuantitatif
Diskusi pada kelompok II membahas menenai asumsi dan hipotesis pada penelitian kauntitatif. Asumsi merupakan latarbelakang intelektual suatu jalur pemikiran. Asumsi merupakan suatu gagasan primitif. Hipotesis tidak selalu ada pada penelitian kuantitatif, namun hipotesis setidak-tidaknya menjadi hal utama untuk memberikan gambaran pertama pada sebuah penelitian.
Kajian pustaka di dalam sebuah penelitian memang sering dirancukan dengan kajian teori. Namun, dalam hal ini kedua istilah tersebut memiliki makna yang sama di dalam sebuah penelitian yaitu untuk mempertanggungkawabkan penelitian secara logis.
Salah satu teknik yang bisa digunakan dalam membuat kajian teori adalah memperhatikan judul penelitian. Setidaknya, di dalam judul tersebut tampak beberapa gambaran secara tersurat mengenai hal-hal apa saja yang perlu dibahas dalam sebuah penelitian. Misalnya penelitian dengan judul Meningkatkan Kemampuan Mengarang Siswa Kelas 6 dengan Gambar Seri. Dari judul ltersebut ada bagian-bagian tersirat: kemampuan mengarang (bagian dari keterampilan berbahasa), karakteristik siswa kelas 6, dan gambar berseri.
Setelah menentukan bagian-bahian tersirat dari sebuah penelitian, selanjutnya adalah menentukan kerangka teorinya. Kerangka teori setidak-tidaknya membahas ketiga aspek tersebut – dalam contoh penelitian di atas.
Kajian pustaka dalam penelitian kuantitatif yang dilakukan sebelum penelitian mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut.
1. Mencari informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti
2. Memperdalam pengetahuan penelitian mengenai hal-hal yang menyangkut masalah dan bidang yanag akan diteliti maupun berbagai metode yang termasuk dalam rancangan penelitian, pengembangan instrumen, penarikan sampel, maupun teknik analisis data.
3. Mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah yang akan diteliti sebagai landasan dan acuan teoretis yang tepat
4. Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan sehingga dapat diketahui apa saja yang sudah diteliti, apa saja temuan-temuannya, dan bagian-bagian mana yang diteliti
5. Mendapatkan informasi tentang aspek-aspek mana saja dan topik yang sama yang barangkali sudah pernah diteliti, agar tidak terjadi duplikasi.
Kajian Teori, Asumsi, dan Hipotesis
{ Januari 16, 2009 @ 10:06 pm } • { Blogroll }
{ } • { Tinggalkan sebuah Komentar }
Kajian Teori, Asumsi, dan Hipotesis
dalam Penelitian Kuantitatif
Diskusi pada kelompok II membahas menenai asumsi dan hipotesis pada penelitian kauntitatif. Asumsi merupakan latarbelakang intelektual suatu jalur pemikiran. Asumsi merupakan suatu gagasan primitif. Hipotesis tidak selalu ada pada penelitian kuantitatif, namun hipotesis setidak-tidaknya menjadi hal utama untuk memberikan gambaran pertama pada sebuah penelitian.
Kajian pustaka di dalam sebuah penelitian memang sering dirancukan dengan kajian teori. Namun, dalam hal ini kedua istilah tersebut memiliki makna yang sama di dalam sebuah penelitian yaitu untuk mempertanggungkawabkan penelitian secara logis.
Salah satu teknik yang bisa digunakan dalam membuat kajian teori adalah memperhatikan judul penelitian. Setidaknya, di dalam judul tersebut tampak beberapa gambaran secara tersurat mengenai hal-hal apa saja yang perlu dibahas dalam sebuah penelitian. Misalnya penelitian dengan judul Meningkatkan Kemampuan Mengarang Siswa Kelas 6 dengan Gambar Seri. Dari judul ltersebut ada bagian-bagian tersirat: kemampuan mengarang (bagian dari keterampilan berbahasa), karakteristik siswa kelas 6, dan gambar berseri.
Setelah menentukan bagian-bahian tersirat dari sebuah penelitian, selanjutnya adalah menentukan kerangka teorinya. Kerangka teori setidak-tidaknya membahas ketiga aspek tersebut – dalam contoh penelitian di atas.
Kajian pustaka dalam penelitian kuantitatif yang dilakukan sebelum penelitian mempunyai tujuan-tujuan sebagai berikut.
1. Mencari informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti
2. Memperdalam pengetahuan penelitian mengenai hal-hal yang menyangkut masalah dan bidang yanag akan diteliti maupun berbagai metode yang termasuk dalam rancangan penelitian, pengembangan instrumen, penarikan sampel, maupun teknik analisis data.
3. Mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah yang akan diteliti sebagai landasan dan acuan teoretis yang tepat
4. Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan sehingga dapat diketahui apa saja yang sudah diteliti, apa saja temuan-temuannya, dan bagian-bagian mana yang diteliti
5. Mendapatkan informasi tentang aspek-aspek mana saja dan topik yang sama yang barangkali sudah pernah diteliti, agar tidak terjadi duplikasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar